![]() |
| Ket: Bayu, M.Pd |
Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda momen bersejarah ketika generasi muda dari berbagai daerah berikrar untuk bersatu demi tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia. Namun delapan puluh sembilan tahun lebih setelah ikrar itu diucapkan, pertanyaan penting muncul: sudahkah semangat Sumpah Pemuda benar-benar hidup dalam diri generasi muda masa kini, terutama di ruang-ruang pendidikan seperti sekolah dan kampus?
Sumpah Pemuda bukan sekadar peristiwa monumental dalam buku sejarah, melainkan simbol tekad dan persatuan yang lahir dari kesadaran intelektual para pemuda kala itu. Mereka sadar bahwa pendidikan adalah kunci kebangkitan bangsa. Di sinilah relevansi Sumpah Pemuda dengan dunia pendidikan masa kini tampak nyata bahwa sekolah dan kampus harus menjadi tempat tumbuhnya semangat kebangsaan, toleransi, dan persatuan dalam keberagaman.
Namun, di tengah kemajuan teknologi dan arus globalisasi, dunia pendidikan kita menghadapi tantangan baru. Media sosial sering menjadi arena perpecahan, hoaks menyebar tanpa filter, dan sebagian pelajar terjebak dalam budaya instan yang menjauhkan mereka dari semangat perjuangan. Jika dulu para pemuda bersatu melalui organisasi dan diskusi kebangsaan, kini generasi muda justru kerap terpecah karena perbedaan pandangan di dunia maya.
Sekolah dan kampus perlu mengambil peran lebih besar untuk membumikan semangat Sumpah Pemuda melalui pendidikan karakter dan literasi digital. Guru dan dosen tidak cukup hanya mentransfer ilmu, tetapi juga menanamkan nilai nasionalisme, empati sosial, dan tanggung jawab moral. Pembelajaran berbasis proyek kolaboratif, diskusi lintas budaya, dan kegiatan sosial bisa menjadi cara konkret menanamkan nilai persatuan.
Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi siswa, dan komunitas kampus seharusnya menjadi wadah pembentukan kepemimpinan pemuda yang berjiwa kebangsaan. Di sinilah semangat Sumpah Pemuda bisa dihidupkan kembali melalui kerja sama lintas jurusan, lintas agama, dan lintas budaya untuk menciptakan generasi yang berpikir global tetapi tetap berpijak pada nilai-nilai Pancasila.
Pemerintah dan lembaga pendidikan juga memiliki tanggung jawab besar dalam memperkuat kurikulum kebangsaan yang relevan dengan realitas modern. Pembelajaran sejarah nasional misalnya, perlu dikontekstualisasikan agar siswa tidak hanya menghafal tanggal dan tokoh, tetapi mampu meneladani semangat perjuangan dalam kehidupan nyata. Pendidikan yang membumi adalah pendidikan yang membuat siswa mampu berpikir kritis, berjiwa toleran, dan berorientasi pada kemajuan bangsa.
Di kampus, mahasiswa seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga semangat persatuan. Aktivisme mahasiswa bukan lagi tentang demonstrasi semata, melainkan bagaimana mereka bisa berkontribusi nyata dalam riset, inovasi, dan pengabdian masyarakat. Dalam konteks ini, semangat Sumpah Pemuda dapat dimaknai sebagai panggilan untuk berkolaborasi membangun negeri dari dunia pendidikan.
Kita juga tidak bisa menutup mata terhadap tantangan krisis moral dan menurunnya rasa cinta tanah air di kalangan muda. Fenomena "cinta produk luar negeri", rendahnya minat baca, dan sikap apatis terhadap isu kebangsaan menjadi alarm bahwa semangat Sumpah Pemuda perlu dihidupkan kembali dalam cara yang lebih kontekstual. Pendidikan berbasis karakter, nasionalisme, dan moderasi beragama menjadi fondasi penting dalam membangun generasi yang tangguh.
Pada akhirnya, membumikan semangat Sumpah Pemuda bukan berarti mengulang romantisme masa lalu, melainkan menerjemahkannya ke dalam tindakan nyata masa kini. Persatuan, kolaborasi, dan semangat belajar tanpa batas harus menjadi ciri pemuda Indonesia di era digital. Sumpah Pemuda abad ke-21 bukan lagi tentang menyatukan bahasa dan bangsa, tetapi menyatukan semangat untuk berinovasi dan berkontribusi bagi kemajuan negeri.
Sumpah Pemuda adalah warisan yang harus terus dihidupkan, bukan sekadar diperingati. Melalui pendidikan yang membebaskan, inklusif, dan berakar pada nilai kebangsaan, sekolah dan kampus dapat menjadi ladang subur bagi tumbuhnya generasi yang cerdas, peduli, dan bersatu. Hanya dengan begitu, semangat Sumpah Pemuda benar-benar membumi menjadi napas bagi setiap langkah pemuda Indonesia di masa kini dan masa depan.
Penulis : Bayu, M.Pd Dosen Universitas Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas (UNISSAS)
